Kamu seperti awan yang gusar. Entah ingin terang, ataupun
gelap.
Kamu seperti pendidikan. Terlalu abu abu buat aku.
Kamu seperti angin yang berhembus kencang, selalu
menggoyahkan keyakinanku akan perasaanmu.
Perasaan yang aku miliki, bukan untuk kamu permainkan.
Pelangi yang aku berikan tidak akan sekosong ucapan yang
kamu berikan.
Berfikirlah, kalau kau sudah sangat sering mengecewakan hati
kecilku.
Mengecewakan semua yang sudah ku perjuangkan untukmu.
Tetes demi tetes air mata sudah ku keluarkan untuk
mempertahankanmu.
Sampai – sampai aku harus menjadi seorang pendusta.
Mendustai hati kecilku yang berkata sudah tidak menginginkan kamu, tapi mulut
ku mencoba untuk memberikanmu kesempatan.
Namun sayang. Kesempatan yang sering kali aku berikan tidak
pernah kau manfaatkan. Seperti layaknya lebah yang sedang memanfaatkan si madu
hampa.
Aku tahu, perubahan bukanlah hal yang mudah. Namun sangat
sulit untuk kau pahami, kalau hati ini sebenarnya menangis karena harus berpura
– pura untuk menyayangimu seperti dahulu.
Hati ini sudah terlalu sering kamu kecewakan. Sebab dirimu
terlalu keras bagai sebuah bebatuan yang terdapat didalam gua. Gua yang hampa,
gua yang tanpa perbaikan dari siapapun yang pernah memasuki kehidupanmu.
Aku letih untuk mencoba. Aku letih untuk bertahan. Aku letih
untuk mengharapkanmu wahai sang awan yang gusar. Aku ingin berhenti melangkah
tanpa arah, berlari tanpa tujuan, dan terjatuh tanpa harapan.
Aku ingin menikmati hidupku yang indah seperti dahulu.
Seperti saat kita berteman. Dan tidak lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar